MENGATASI SISWA PEMBOLOS
MELALUI BIMBINGAN KONSELING
PENDAHULUAN I
Latar Belakang Masalah
Hampir di setiap sekolah kita bisa menjumpai program Bimbingan dan
Konseling. Hal ini bukan semata terletak pada landasan atau ketentuan
dari atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya
memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan BK di sekolah saat ini sangat
dibutuhkan. Hal ini menyangkut tugas dan perannya terhadap peserta didik
seperti yang dikemukakan di atas. Lebih dari itu iklim dan lingkungan
yang “tidak sehat” membuat keberadaan BK menjadi sangat urgen dan mutlak
ada.
Kenakalan siswa, misalnya. Itu merupakan salah satu faktor
penyebab lingkungan / iklim menjadi rusak. Dan siswa merupakan aktor
utama dalam peristiwa tersebut. Kalau ditanya mengapa terjadi kenakalan
remaja? Tentu jawabannya akan dikaitkan dengan tokoh pemainnya, yaitu
para siswa itu sendiri, mengapa mereka bisa berbuat demikian. Nah, di
sinilah peran BK untuk mencari tahu.
Kenakalan siswa merupakan suatu
bentuk perilaku siswa yang menyimpang dari aturan sekolah. Kenakalan
siswa banyak macamnya. Salah satunya ialah membolos atau masuk tidak
teratur. Disebut kenakalan remaja karena membolos merupakan perilaku
yang melanggar aturan sekolah.
Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, penyusun mencoba membahas sejauh mana peran BK dalam
mengatasi siswa yang suka membolos tersebut. Adapun rumusan masalah
yang dibahas ialah:
1. Pengertian Bimbingan Konseling dan membolos
2. Faktor-faktor penyebab siswa membolos
3. Akibat yang ditimbulkan oleh siswa membolos
4. Peran BK dalam mengatasi siswa yang suka membolos
PEMBAHASAN II
Kehadiran yang tidak teratur merupakan problem besar di sekolah-sekolah
saat ini. Ketidakhadiran yang dimaksud di sini adalah ketidakhadiran
yang disebabkan kaena alasan yang tidak jelas, bukan karena alasan sakit
atau lainnya. Jika ketidakhadiran siswa dikarenakan sakit atau ada
kepentingan, dalam artian masih bisa memberikan alasan yang jelas, hal
itu masih bisa diterima. Tetapi jika alasannya tidak jelas mengapa ia
tidak hadir / masuk sekolah, hal ini perlu penanganan serius. Sebab
cepat atau lambat masalah ini akan berdampak buruk baik untuk siswa itu
sendiri maupun lingkungan sekolahnya.
1. Pengertian BK dan membolos
Bimbingan
(guide / guidance) dapat disama artikan dengan mengarahkan, memandu
(guide). Jadi bimbingan adalah kegiatan memandu / mengarahkan siswa
untuk menemukan jati dirinya atau membantu siswa menemukan jalan keluar
yang terbaik dalam hidupnya dengan mempertimbangkan segi positif dan
negatif bagi siswa itu sendiri.
Pengertian Membolos
Membolos dapat diartikan sebagai perilaku siswa yang tidak masuk
sekolah dengan alasan yang tidak tepat. Atau bisa juga dikatakan ketidak
hadiran tanpa alasan yang jelas.
Membolos merupakan salah satu
bentuk dari kenakalan siswa, yang jika tidak segera diselesaikan /
dicari solusinnya dapat menimbulkan dampak yang lebih parah. Oleh karena
itu penanganan terhadap siswa yang suka membolos menjadi perhatian yang
sangat serius.
Penanganan tidak saja dilakukan oleh sekolah, tetapi
pihak keluarga juga perlu dilibatkan. Malah terkadang penyebab utama
siswa membolos lebih sering berasal dari dalam keluarga itu sendiri.
Jadi komunikasi antara pihak sekolah dengan pihak keluarga menjadi
sangat penting dalam pemecahan masalah siswa tersebut.
2. Faktor-faktor Penyebab Siswa Membolos
a. Faktor Keluarga
Mungkin
kita pernah mendengar (atau mungkin sering) ada siswa yang tidak
diperbolehkan masuk sekolah oleh orang tuanya. Untuk suatu alasan
tertentu mungkin hal ini dianggap paling efisien untuk mengatasi krisis
atau permasalahan dalam keluarganya. Misalkan kakaknya sakit, sementara
kedua orang tuanya harus pergi bekerja mencari nafkah. Untuk menemani
kakaknya tersebut maka adiknya terpaksa tidak masuk sekolah. Untuk
alasan tersebut bolehlah sang adik tidak masuk sekolah. Tapi yang
menjadi masalah terkadang anak tersebut tidak membuat surat izin kepada
pihak sekolah, sehingga piha sekolah tidak tahu duduk permasalahannya.
Yang mereka tahu si A membolos.
Sementara dampaknya bagi anak
tersebut ialah ia harus kehilangan waktu belajarnya. Jika hal ini
menjadi kebiasaan (membolos) lambat laun siswa tersebut tidak peduli
lagi dengan peraturan. Ia akan berbuat seenaknya, terserah mau masuk
atau tidak.
Orang tua tidak peduli pendidikan
Selain itu sikap
orang tua terhadap sekolah juga memberi pengaruh yang besar pada anak.
Jika orang tua menganggap bahwa sekolah itu tidak penting dan hanya
membuang-buang waktu saja, atau juga jika mereka menanamkan perasaan
pada anak bahwa ia tidak akan berhasil, anak ini akan berkurang
semangatnya untuk masuk sekolah.
Biasanya sikap orang tua yang
menganggap bahwa pendidikan itu tidak penting karena mereka sendiri
orang yang kurang berpendidikan. Akibatnya penghargaan terhadap
pendidikan hanya dipandang sebelah mata. Bahkan mereka menuntut agar
anak-anaknya untuk bekerja saja mencari uang. Ironisnya mereka juga
menuntut agar anaknya memperoleh hasil yang lebih besar dari kemampuan
anak tersebut. Orang tua seperti ini tidak memiliki pandangan jauh ke
depan, sebagai imbasnya masa depan anaklah yang menjadi korban.
Membeda-bedakan anak
Ada orang tua yang beranggapan bahwa pendidikan bagi anak laki-laki
lebih penting daripada anak perempuan. Anak laki-lakilah yang menjadi
tumpuan dan kebanggaan keluarga, sementara anak perempuan pada akhirnya
akan kawin dan hanya mengurusi masalah dapur, sehingga tidak memerlukan
pendidikan yang terlalu tinggi. Dalam hal ini anak perempuan didorong
untuk tidak masuk sekolah.
Mengurangi uang saku
Meskipun tidak
semua anak menginginkan uang saku yang banyak, namun tidak sedikit pula
anak-anak yang merasa kurang percaya diri jika uang saku mereka sedikit
dibanding dengan teman-temannya. Sehingga akibatnya pada anak tersebut
ialah ia menjadi malas untuk masuk sekolah.
Di zaman modern seperti
sekarang ini uang selalu dapat berbicara, tak terkecuali pada bidang
pendidikan. Banyak sekolah-sekolah yang mengharuskan siswa-siswanya
untuk membeli LKS, buku wajib, dan segala dan kebutuhan lain demi
kepentingan proses belajar. Untuk barang-barang tersebut kadang orang
tua tidak mau mengeluarkan uang untuk membelinya. Maka siswa yang tidak
membeli akan malu pada siswa lain yang membeli. Dan siswa yang tidak
membeli akan malas untuk berangkat ke sekolah.
b. Rendah Diri
Sering rasa kurang percaya diri menjadi penghambat segala aktifitas.
Faktor utama penghalang kesuksesan ialah kurangnya rasa percaya diri. Ia
mematikan kreatifitas siswa. Meskipun begitu banyak ide dan kecerdasan
yang dimiliki siswa, tetapi jika tidak berani / merasa tidak mampu untuk
melakukannya sama saja percuma.
Perasaan diri tidak mampu dan takut
akan selalu gagal membuat siswa tidak percaya diri dengan segala yang
dilakukannya. Ia tidak ingin malu, merasa tidak berharga, serta dicemooh
sebagai akibat dari kegagalan tersebut.
Perasan rendah diri tidak
selalu muncul pada setiap mata pelajaran. Terkadang ia merasa tidak
mampu dengan mata pelajaran matematika, tetapi ia mampu pada mata
pelajaran biologi. Pada mata pelajaran yang ia tidak suka, ia cenderung
berusaha untuk menghindarinya, sehingga ia akan pilih-pilih jika akan
masuk sekolah.
Sementara itu siswa tidak menyadari bahwa dengan
tidak masuk sekolah justru membuat dirinya ketinggalan materi pelajaran.
Melarikan diri dari masalah malah akan menambah masalah tersebut.
c. Perasaan Termarginalkan
Perasaan tersisihkan tentu tidak diinginkan semua orang. Tetapi kadang
rasa itu muncul tanpa kita inginkan. Seringkali anak dibuat merasa bahwa
ia tidak diinginkan atau diterima di kelasnya. Perasaan ini bisa
berasal dari teman sekelas atau mungkin gurunya sendiri dengan sindiran
atau ucapan.
Siswa yang ditolak oleh teman-teman sekelasnya, akan
merasa lebih aman berada di rumah. Ada siswa yang tidak masuk sekolah
karena takut oleh ancaman temannya. Ada juga yang diacuhkan oleh
teman-temannya, ia tidak diajak bermain, atau mengobrol bersama.
Penolakan siswa terhadap siswa lain dapat disebabkan oleh faktor
tertentu, misalnya faktor SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan).
d. Sebab yang Berasal dari Sekolah
Sekolah merupakan tempat terjadinya proses belajar mengajar. Di sana tempat siswa-siswa belajar ilmu pengetahuan.
Belajar akan lebih berhasil bila bahan yang dipelajari menarik
perhatian anak. Karena itu bahan harus dipilih yang sesuai dengan minat
anak atau yang di dalamnya nampak dengan jelas adanya tujuan yang sesuai
dengan tujuan anak melakukan aktivitas belajar.
Jadi suasana kelas
sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Selain itu, tujuan
pembelajaran yang jelas juga akan memudahkan siswa dalam pemahamannys.
Sehingga siswa tidak akan bosan dan mudah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
3. Akibat yang ditimbulkan oleh siswa yang membolos
Anak
yang dapat ke sekolah tapi sering membolos, akan mengalami kegagalan
dalam pelajaran. Meskipun dalam teori guru harus bersedia membantu anak
mengejar pelajaran yang ketinggalan, tetapi dalam prakteknya hal ini
sukar dilaksanakan. Kelas berjalan terus. Bahkan meskipun ia hadir, ia
tidak mengerti apa yang diajarkan oleh guru, karena ia tidak mempelajari
dasar-dasar dari mata pelajaran-mata pelajaran yang ddiperlukan untuk
mengerti apa yang diajarkan.
Selain mengalami kegagalan belajar,
siswa tersebut juga akan mengalami marginalisasi atau perasaan
tersisihkan oleh teman-temannya. Hal ini kadang terjadi manakala siswa
tersebut sudah begitu “parah” keadaannya sehingga anggapan
teman-temannya ia anak nakal dan perlu menjaga jarak dengannya.
Hal
yang tidak mungkin terlewatkan ketika siswa membolos ialah hilangnya
rasa disiplin, ketaatan terhadap peraturan sekolah berkurang. Bila
diteruskan, siswa akan acuh tak acuh pada urusan sekolahnya. Dan yang
lebih parah siswa dapat dikeluarkan dari sekolah.
Lalu karena tidak
masuk, secara otomatis ia tidak mengikuti pelajaran yang disampaikan
guru. Akhirnya ia harus belajar sendiri untuk mengejar
ketertinggalannya. Masalah akan muncul manakala ia tidak memahami materi
bahasan. Sudah pasti ini juga akan berpengaruh pada nilai ulangannya.
4. Peran dan Fungsi Bimbingan Konseling (BK) dalam Mengatasi Siswa yang Suka Membolos
Kewajiban sekolah, selain mengajar (dalam arti hanya mengisi otak
anak-anak dengan berbagai ilmu pengetahuan), juga berusaha membentuk
pribadi anak menjadi manusia yang berwatak baik.
Mengajar tidak
sekedar transfer pengetahuan, tetapi lebih kepada usaha untuk membentuk
pribadi santun dan mampu berdiri sendiri. Sehingga jika terjadi suatu
permasalahan pada siswa, pendidik / pihak sekolah juga turut
memikirkannya, berusaha mencarikan jalan keluar.
Dalam menghadapi
anak tersebut peran BK sangatlah penting. Sebagai sarana untuk mencari
solusi, fungsi BK cukup efisien. Melalui pendekatan personal, harapannya
siswa dapat lebih terbuka dengan pemasalahannya, sehingga pembimbing
dapat memahami dan mendapat gambaran secara jelas apa yang sedang
dihadapi siswa.
Menghentikan sepenuhnya kebiasaan membolos memang
tidaklah mudah dan sangatlah minim kemungkinannya. Tetapi usaha untuk
meminimalisisir kebiasaan tidak baik tersebut tentu ada. Dan salah satu
usaha dari pihak sekolah ialah dengan program Bimbingan Konseling (BK).
Kita mungkin pernah melihat atau bahkan mengalami sendiri bagaimana
rasanya dihukum karena membolos. Padahal menghukum bukanlah satu-satunya
jalan untuk membuat siswa jera dalam melakukan perbuatannya. Bisa jadi
hal tersebut malah menjadikan anak lebih bengal dan lebih susah
ditangani. Sebab siswa remaja merupakan masa kondisi emosi yang tidak
labil, mudah tersinggung dan mudah sekali marah. Ibaratnya tulang rusuk,
jika dipaksakan untuk lurus maka ia akan patah. Oleh karena itu
penanganannya harus hati-hati.
Tindakan yang dapat dilakukan
Dengan mengetahui faktor-faktor penyebabnya, pembimbing sedikit tahu
bagaimana kondisi permasalahan siswa. Langkah selanjutnya ialah melalui
pendekatan supaya siswa yang membolos mau menerima arahan dari
pembimbing. Adapun jika siswa masih bersikap tertutup, tidak mau
menceritakan permasalahan mengapa ia membolos, maka pembimbing
menggunakan cara lain yaitu menanyakan pada teman dekatnya. Begitu semua
informasi yang diperlukan telah diperoleh, pembimbing langsung
mengambil tindakan preventif dan pengobatan. Seperti yang telah
dikemukakan di atas, pencegahan tidak harus melalui hukuman. Memberi
nasehat dan arahan yang baik akan lebih mengena dari pada membentak dan
memarahinya.
Tidak teraturnya anak masuk sekolah tidak sepenuhnya
terletak pada siswa. Ada banyak sebab yang terletak di luar kekuasaan
anak, atau yang kurang dikuasai anak
Jadi kegiatan membolos siswa
tidak sepenuhnya kesalahan siswa. Ada faktor dari luar yang juga turut
andil dalam pembolosan tersebut. Oleh karena itu, tugas BK selain
memberi arahan pada siswa juga mengkondisikan lingkungan sekolahnya
sebaik mungkin supaya siswa merasa betah berada di sekolah. Selain itu
pembimbing juga selalu menjalin komunikasi dengan keluarga siswa ada
kesepakatan dalam usaha mengatasi masalah anak.
KESIMPULAN III
Membolos merupakan salah satu kenakalan siswa yang dalam penanganannya
perlu perhatian yang serius. Memang tidak sepenuhnya kegiatan membolos
dapat dihilangkan, tetapi usaha untuk meminimalisir tetap ada.
Melalui program BK, pihak sekolah berupaya mencari solusi bagi mereka
yang suka membolos. Karena membolos terkait berbagai faktor, maka dalam
penyelesaiannya tidaklah mudah. Oleh karena itu pihak sekolah juga
mengikutsertakan orang tua.
Dengan adanya kerjasama yang baik antara
pihak sekolah (dalam hal ini BK) dan orang tua siswa, permasalah
membolos siswa diharapkan dapat diselesaikan sehingga tidak menjalar
kepada siswa lainnya.
Daftar Pustaka
Kartono, Kartini. Bimbingan bagi anak dan remaja yang bermasalah. Rajawali Pers: Jakarta. 1991
Purwanto, Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Remaja Rosdakarya: Bandung. 2006
Soejatno, Agoes. Bimbingan Kearah Belajar yang Sukses. Aksara Baru: Surabaya. 1990
1 komentar:
saya kurang understand dengan blog anda.....
Posting Komentar